Senin, 05 November 2018

Review Film Dokumenter - Tugas Visual Story Telling


Full Episode | Flights And Fights - Inside The Low Cost Airline | BBC Documentary
Film Dokumenter ini pada intinya menceritakan tentang awal mula terciptanya pasar maskapai penerbangan yang murah. Berawal dari kedua perusahaan maskapai penerbangan “RYANAIR” yang dikemudikan oleh Michael O’Leary, dan “EASYJET” yang dikemudikan oleh Sir Stelios Haji-Ioannou. Kedua maskapai yang beroperasi di Inggris ini yang memulai pasar penerbangan murah namun mampu melakukan penerbangan kebeberapa negara-negara sebagai tujuan liburan.

Dimulai dari RYANAIR yang pada suatu waktu mulai kehilangan penumpangannya, sehingga mereka membuat suatu system baru dala penerbangan mereka. Dimana para penumpang dapat duduk dikursi manapun, layaknya seperti di bus, tidak mendapat makanan pokok hanya berupa cemilan. Namun juga dengan meningkatkan jumlah penerbangan di setiap hari dan tiket yang lebih murah. Dari situ, Sir Stelios pada usia 28 tahun mendapat kesempatan untuk memulai bisnis serupa. Ia pun mendirikan EASYJET dengan mengedepankan harga penerbangan yang murah.

Adanya penerbangan yang murah ke beberapa negara ini ternyata tak hanya menciptakan profit yang bombastis bagi perusahaan maskapainya, namun menimbulkan beberapa dampak negative terhadap beberapa negara yang banyak dikunjungi. Seperti contoh kasus yang ditampilkan di film documenter ini, dimana banyak sekali turis-turis dari Inggris yang “berlibur” ke suatu negara yang bernama Regas  Banyak sekali turis yang  pergi kesana dan menimati dunia malamnya. Polisi-polisi di sana kerap menemukan orang Inggris yang mabuk dan tidak ingat apa yang baru saja mereka lakukan atau mereka seharunya menetap.

Tak hanya itu, akibat dari banyaknya jadwal penerbangan yang dilakukan oleh satu pesawat, para pramugari dan juga bahkan kapten dari pesawat tersebut kerap membantu membersihkan sisa-sisa sampah yang tersisa dari penumpang dari penerbangan sebelumnya. Karena tidak ada banyak waktu jika hanya mengandalkan petugas kebersihan. Waktu yang mereka miliki pada jeda di antara penerbangan hanya sekitar 10 menit.

Adapula karakter yang menjadi sorotan dalam film documenter ini adalah Michael O’Leary dan Sir Stelios Haji-Ioannou sebagai pemilik dan penggerak dari kedua maskapai yang murah meriah, RYANAIR dan EASYJET.

Kemudian tipe atau jenis dari film documenter ini adalah jenis Observatif. Yang artinya dalam film ini, si pembuat film tidaklah memberikan sudut pandang apa-apa dari dirinya, melainkan membiarkan penonton yang mengobservasi sendiri apa yang kasus atau permasalahan yang dibahas di dalam film tersebut. Walau dalam sepanjang film, si pembuat tetap membantu penonton dengan memberikan atau menyisipkan narasi sebagai penolong para penonton untuk memahami alur dari film documenter ini. Sehingga penonton dapat memperoleh pandangan atau pendapatnya sendiri terhadap cerita yang disampaikan. Tugas pembuat film hanyalah memberikan tontonan yang sesuai dengan fakta dan kenyataannya saja.

Saran saya untuk film ini hanya beberapa hal kecil yang setidaknya bisa membuat film ini lebih enak dan tidak membosankan. Seperti background musik yang terlalu besar dan menutupi narasi dari narrator yang sedang disajikan. Kemudian phasing film yang menurut saya sedikit lambat sehingga membuat orang agak mudah bosan. Secara keseluruhan, topik yang diangkat sangatlah menarik. Karena banyak orang yang ingin berlibur menggunakan pesawat dengan harga tiket yang murah.


Sabtu, 06 Oktober 2018


CommFest Berakhir, Panitia Suguhkan Acara Berbeda

Acara Fikom Night dan closing ceremony Communication Festival (Commfest) Universitas Multimedia Nusantara (UMN) 2018 sekaligus diadakan pada Kamis (4/10/2018) lalu. Rangkaian acara meliputi pengumuman kompetisi dan juga sekaligus dimanfaatkan untuk kegiatan makrab (malam keakraban) untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018.

Pada tahun sebelumnya, Commfest memisahkan waktu antara Fikom Night dan closng ceremony. Tahun ini Commfest menggabungkan kedua kegiatan itu di satu waktu. Untuk pertama kali juga pada tahun ini Commfest itu fikomnight dan closing ceremony itu jadi satu. Kalo sebelumnya kan Fikom Night sendiri, closing sendiri disini untuk pertama kalinya di masukin ke closing. Nah, untuk fikom night sendiri, seperti fikom night sebelum-sebelumnya ini, merupakan makrab yang di tujukan khusunya untuk angkatan 2018 dengan tujuan untuk mengakrabkan mereka untuk mengetahui inilah ilmu komunikasi. jelas Aditya Driantama, selaku salah satu koordinator Commfest 2018.

Berbeda dari tahun sebelumnya, Commfest diadakan si Summarecon Mall Serpong. Untuk kali ini, Commfest menggelar malam puncak atau Fikom Night di Raffles Ballroom, Mall BaleKota Tangerang.

Maksut dan tujuan panitia berdasarkan evaluasi sebelum-sebelumnya, tahun lalu kita closing di tempat umum. Ada plus minusnya. Nah, minusnya tidak ada spesifikasi, tidak ada khusus untuk fikom night, tidak ada area eksklusif kalo di SMS. Karena itu tempat umum, kasarnya kita hanya meriahkan mall saja, mulai tahun ini kita bikin benar-benar eksklusif. Benar-benar anak UMN semua, anak-anak ilkom lanjut Adit.

Selain tempatnya yang berbeda untuk tahun ini, kompetisi yang diadakan Commfest juga berbeda dari tahun sebelumnya. Tahun ini, Commfest meniadakan kompetisi English Debate. Kompetisi Commfest juga didampingi atau kolaborasi dengan para ahli dibidangnya. Seperti kompetisi opinion writing, Commfest didampingi Geotimes. Citizen journalism didampingi oleh Liputan6 dan Vidio.

Commfest tahun ini diadakan lima hari, mulai dari tanggal 1 sampai 5 Oktober. Rangkaian acara mulai dari opening ceremony, lomba, talkshow, pameran, Fikom Night dan closing night. Mengusung konsep COMMISTRA kependekan dari Communication is All about Strategy, yang bertujuan agar setiap individu mampu berkomunikasi dengan strategi agar pesannya memiliki makna, dan mengerti apa yang dikomunikasikan.

Sebagai contoh, anak jurnal cara menulis artikel yang mengandung makna agar pembacanya mengerti apa yang mau disampaikan artikel. Untuk anak strategic communication atau PR (public relation) bagaimana cara mereka mendekatkan diri kepada klien, dengan kalimat-kalimat agar si klien mau diajak kerjasama, jelas Livia mengenai tema yang diangkat Commfest 2018.

Hal yang mendasari Commfest 2018 memilih tema strategi dalam berkomunikasi menjadi arahan tiap orang untuk berkomunikasi secara baik dan benar, karena dewasa ini banyak komunikasi terjadi tanpa makna dan masyarakat asal bicara.

Dengan komunikasi strategi tiap orang bisa tahu yang salah dan benar. Karena sekarang ini cuma berkomunikasi tidak ada artinya, hanya asal berkata tanpa memikirkan apa yang diomongkan. Makanya dalam Commfest tahun ini berharap agar semuanya tahu apa itu komunikasi strategi, lewat rangkaian acara yang kita buat.

Dirinya juga menjelaskan cara Commfest 2018 menerapkan tema besar mereka di setiap rangkaian acara, sejak Fikom Charity pada September hingga Oktober dengan acara Fikom Night.

Lomba-lomba, pameran, seminar dan rangkaian acara kami ada hubungannya dengan komunikasi strategi. Contoh untuk lomba news anchor, sebagai pembawa berita bukan hanya cara berkomunikasi tapi pakaian yang rapi, maka akan terlihat keniatanya kepada penonton. Lalu lomba lainnya untuk PR, strategi untuk mengakrabi klien.

Jadi strategi itu bukan hanya taktik saja, tapi keniatan dan persiapan juga masuk dalam strategi, tutup Livia.

Pada acara closing night, Commfest 2018 dimeriahkan oleh Ben Sihombing, Cindercella dan beberapa band lokal. Acara penutup terbilang sukses dan ramai. Antusiasme dari para pengunjung membantu acara Commfest terselenggara dengan apik. Ada ragam jawaban, kenapa para mahasiswa mau ikut meramaikan Commfest tahun ini,  Karena ada bintang tamunya Cindercella. Selain itu, ingin mengenal berbagai anak Ilkom dari angkatan-angkatan lainnya juga. aku salah satu pengunjung, Vina Febryane dari ilmu komunikasi strategi komunikasi 2018.

Tidak hanya pengunjung yang ikut antusias dengan acara Commfest, para pengisi acara seperti Ben Sihombing, Cincercella dan BlueNotes juga punya antusiasme yang lebih.

Saat dapat tawaran, pastinya kita ngerasa sangat terhormat karena ini salah satu acara makrabnya anak Ilkom. Di mana anak Ilkom akan berkumpul. Terus kita excited bisa menampilkannya di depan anak ilkom. Dan yang bikin menarik, acaranya setiap tahun beda, ada temanya masing2 di tiap tahun, kayak tahun lalu garden party dan sekarang kayak dibikin di ballroom, bikin penasaran sih memang acaranya kayak apa. ungkap BlueNote, salah satu band pengisi acara, lebih classy gitu acaranya, lebih chill karena di dalam ruangan.

Pada malam puncak itu diakhiri dengan penampilan dari Ben Sihombing dan Cindercella. Banyak hadirin yang semula duduk dan menikmati penampilan tersebut dari jauh, beranjak dari kursi mereka dan berdiri di depan panggung seraya ikut bernyanyi. Antusiasme dari panitia dan pengunjung seakan bersatu untuk memeriahkan acara Commfest 2018 kali ini. Energi dan waktu yang terlampiaskan di Commfest tahun ini seakan terbayar.

Perbedaan dari tahun ke tahun acara Commfest yang menjadi menarik untuk diulas, Berbeda untuk menjadi lebih baik atau sebaliknya. Apakah tahun ini berbeda untuk hal yang baik atau buruk? Itu tergantung dari kalian yang menikmati dan ikut andil di dalamnya.