CLIMATE CHANGE
Sejak
usia dini, sering kita dengar yang namanya Global Warming atau Pemanasan
Global. Seperti pada umumnya, arti dari pemanasan global yang kita tahu adalah
terjadinya kenaikkan suhu bumi secara global atau menyeluruh. Hampir setiap
orang tahu akan adanya isu ini, dan juga hampir semua orang tahu bahwa hal ini
harus dicegah demi menjaga kelestarian alam, termasuk manusia itu sendiri.
Namun tak banyak orang yang mau perduli dan melakukan aksi demi mencegah
pemanasan global ini. Manusia cenderung lebih memilih hidup sementara namun
bahagia dengan kekayaan harta yang mereka miliki. Daripada hidup dan tinggal di
bumi ini lebih lama namun harus bersusah payah untuk membatasi berbagai macam
hal.
Dampak
yang terjadi akibat pemanasan global ini sungguh luar biasa ketika dilihat
secara teliti. Kebakaran hutan, kekeringan, kutub es mencair dan masih banyak
lagi. Dan dampak-dampak yang telah terjadi tersebut mengakibatkan adanya
perubahan pada iklim di bumi ini. Pengertian dari kata iklim sendiri adalah
kondisi rata-rata cuaca berdasarkan jangka waktu yang panjang. Lain dengan
cuaca yang biasanya diartikan untuk menggambar kondisi langit atau suhu udara
pada saat itu saja.
Maka
dari itu, munculah istilah baru yang menggantikan istilah Global Warming, yaitu
Climate Change. Memang pada dasarnya sama saja, namun Climate Change tidak
hanya mengartikan bahwa bumi mengalami kenaikkan suhu semata. Namun bumi juga
mengalami perubahan-perubahan besar yang berdampak langsung kepada manusia. Padahal
kita semua tahu apa penyebab utama terjadinya climat change? Ya, kita sendiri,
manusia.
Manusia
merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang saya berani katakan hampir sempurna.
Kenapa? Apa yang tidak bisa dilakukan manusia? Manusia bisa meraih atau
menciptakan apa saja yang mereka mau. Perkembangan teknologi semakin pesat dan
bombastis. Namun, manusia kurang memiliki rasa empati terhadap sesama makhluk
hidup, dalam kasus ini mari kita sebut alam. Manusia mampu membuat kendaraan
bermotor demi kepentingan mereka. Berbagai macam kendaraan bermotor seperti
motor dan mobil, diciptakan dari harga mahal sampai ke murah. Sekarang
bayangkan berapa banyak manusia yang membeli kendaraan murah-murah ini. Berapa
banyak karbon dioksida yang di keluarkan melalui knalpot motor atau mobil itu
setiap hari?
Pernahkah
anda pergi naik motor, kemudian anda terjebak macet? Lalu apa yang anda rasakan
ketika anda membuka kaca helm anda? Atau apa yang anda rasakan pada punggung
tangan anda bila anda tidak mengenakan sarung tangan? Panas bukan? Apakah nafas
anda menjadi tidak bebas? Ya tentu. Hal itu saya yakini karena banyaknya gas
karbon hasil pembakaran mesin yang ada disekitar anda. Lalu apakah sekarang
sudah banyak motor dan mobil yang ramah lingkungan? Memang iya benar, namun
bila jumlah mereka tetap semakin banyak setiap tahunnya. Apakah jumlah karbon
dioksida yang dihasilkan ketika kendaraan ramah lingkungan tersebut bisa
dikatakan berkurang ketika di tengah kemacetan. Bagi saya tetap saja.
Hal
ini yang terkadang membuat saya dilema. Saya tahu salah satu cara ampuh untuk
mencegah terusnya berlangsung perubahan iklim, yaitu dengan mengurangi jumlah
kendaraan yang beraktifitas demi mengurangi polusi. Namun, disaat yang sama
saya membutuhkan kendaraan pribadi untuk mecapai tujuan saya, kemana pun itu.
Gas-gas
yang kemudian naik ke atas langit itu kemudian membuat suhu di atas langit
menjadi panas, ini merupakan salah satu penyebab terjadinya penipisan lapisan
ozon. Lapisan Ozon adalah lapisan yang bertugas untuk menyaring atau menyerap
panasnya sinar Ultra Violet (UV) yang dipancarkan oleh matahari. Namun, seperti
yang sudah terjadi sekarang. Lapisan Ozon di atas bumi ini sudah menipis,
diakibatkan dari banyaknya gas yang naik ke atas, dan juga efek pantulan sinar
matahari yang memantul dari rumah-rumah kaca. Oleh sebab itu, suhu di permukaan
bumi sendiri sudah mengalami kenaikkan.
Berdasarkan
data yang saya dapat dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, kenaikan
rata-rata suhu bumi secara global pada 9 bulan pertama pada tahun 2015 sudah
mencapai 1,05 derajat Celcius. Kenaikan ini baru terjadi sejak tahun 1950. Dan
pada tahun 2016 kenaikkan suhu bumi sudah mencapai 2 derajat celcius.
Secara
nominal, angka “2” memang tidaklah banyak. Namun dampak yang sudah terjadi di
bumi ini bisa dibilang luar biasa. Seperti yang pada umumnya orang tahu, bahwa
es kutub utara dan selatan sedang terus mengalami pencairan. Sudah berapa
banyak es yang telah mencair menjadi air dan kemudian mengalir ke laut? Bila
kutub es ini terus mencair, maka permukaan air laut akan meningkat. Itulah
sebabnya, beberapa daerah di dunia ini yang tadinya tidak pernah terkena
banjir, kemudian tiba-tiba saja terkena banjir. Banjir ini terjadi juga didukung
oleh kurangnya daya serap air di lingkungan tersebut. Akibat adanya deforestasi
atau perubahan hutan untuk lahan pertanian atau yang lainnya. Penebangan hutan
untuk digunakan sebagai lahan pertambangan.
Bayangkan
betapa rusaknya ekosistem di bumi ini. Apa yang telah saya gambarkan di atas
hanya lah sebagian kecil dari apa yang terjadi di bumi ini. Apakah Climate
Change dapat di cegah? Hanya kita yang bisa memutuskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar