Jumat, 03 November 2017

ENVIRO BEFORE THE FLOOD

                Pernah dengar istilah Global Warming? Pasti pernah. Istilah ini telah sering didengar oleh masyarakat Indonesia sejak awal tahun 2000-an. Ketika itu saya masih sangat kecil. Namun saya telah mengetahui pada umumnya apa maksud dari kata Global Warming tersebut. Lalu apa itu Global Warming? Dan mengapa istilah tersebut sudah dikenal  oleh  saya yang sekarang berusia 19 tahun ini?
                Global warming adalah isu yang mengerikan bagi manusia. Karena dalam isu ini dikabarkan bahwa bumi mengalami kenaikan suhu. Tidak banyak, hanya 1 derajat Celcius. Memang angka yang berubah tidak signifikan. Tapi dapat mengakibatkan kerusakan, terutama pada bagian kutub es yang terus mencair karena perubahan suhu terus berlangsung lama.
                Kenapa hal ini bisa terjadi? Manusia hidup membutuhkan yang namanya bahan bakar untuk ala transportasi mereka. Mereka juga butuh listrik untuk membantu mereka membaca ketika malam hari. Lalu bagaimana mereka memperoleh bahan bakar minyak dan tenaga listrik tersebut? Manusia mengebor kulit luar bumi untuk mengambil minyak yang ada didalamnya. Batu bara digunakan untuk memperoleh tenaga listrik yang saat ini saya gunakan untuk membuat artikel ini, dan juga anda gunakan ketika membaca artikel ini. Namun semua itu menghasilkan CO2, yang pada akhirnya mengakibatkan terpolusinya udara.
                Tak hanya industri-industri itu saja yang menghasilkan CO2. Tapi dari knalpot motor atau mobil yang anda gunakan sehari-hari. Itu juga menghasilkan CO2 yang cukup banyak. Bayangkan berapa juta kendaraan bermotor yang ada di bumi ini. Dan berapa banyak CO2 yang dihasilkan oleh sekian banyaknya kendaraan-kendaraan tersebut ketika sedang diaktifkan. Jumlah yang tidak bisa dihitung oleh orang awam seperti kita.
                Kemudian, listrik. Berapa banyak batu bara yang dibakar untuk menghasilkan tenaga listrik yang setiap orang butuhkan ini? Berapa banyak karbondioksida yang ada di udara akibat dari asap pembakaran tersebut? Betapa kotornya udara di bumi saat ini. Tak hanya udara. Tapi sungai dan air laut juga sudah tercemar. Karena manusia juga menggunakan pasir minyak atau biasa disebut sebagai tar sands. Mereka mengekstrak pasir tersebut dan hanya mengambil minyaknya saja untuk mengisi tangki bensin kita sehari-hari.
                Mari kita beralih sedikit dari duni industri. Gedung-gedung kaca. Ya sering kali gedung-gedung kaca memantulkan sinar matahari kita. Tapi sesungguhnya, pantulan tersebut juga sampai ke lapisan ozon yang menjaga suhu bumi ini. Karena semakin terpantulnya sinar ultraviolet itu, menyebabkan suhu lapisan ozon juga semakin panas dan menipis. Ditambah juga hasil dari panasnya asap-asap industri dan jumlah CO2 yang dihasilkan tadi menyebabkan udara di atas bumi kita memanas dan mengakibatkan lapisan ozon menipis.
                Lalu apa yang terjadi bila lapisan ozon menipis? Tentunya suhu bumi akan terus naik. Karena tugas lapisan ozon adalah menjaga dan menyerap ultraviolet untuk masuk kedalam permukaan bumi. Dan menstabilkan suhu bumi itu sendiri. Jadi kalau panasnya sinar matahari tidak ada yang menyerap, otomatis pemukaan bumi akan terasa panas. Apakah bahaya bagi manusia? Tentu iya. Kulit manusia bila terus menerus ter-ekspos oleh sinar ultraviolet dalam terkena kanker kulit. Itu hanya dampak pada individu manusia itu sendiri. Bila bicara manusia dalam skala luas, manusia terancam untuk tidak memiliki tempat tinggal. Kenapa saya bilang begitu?
                Kutub es telah terus menerus mencair dan manusia sedang berusaha keras untuk membatasi pencairan es tersebut. Karena hal tersebut dapat menyebabkan naiknya permukaan air laut. Makanya jangan heran jika kita lihat, di beberapa negara di dunia ini sudah banyak yang setiap tahunnya mengalami bencana banjir. Hal tersebut terjadi karena juga didukung oleh kurangnya resapan air di daratan tersebut, yang biasanya sudah ditebangi untuk dijadikan lokasi perindustrian.
                Lalu bagaimana kita sebagai manusia mencegah perubahan iklim ini? Pada tahun 2015, diadakan Confention of Parties (COP) 21 di Paris, untuk menyeujui Paris Agreement. Kesepakatan ini diadakan demi tujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pasca 2020. Persetujuan ini telah disetujui oleh 195 negara, termasuk Indonesia dan Amerika.
                Namun, pada tahun 2017, presiden terpilih Amerika Serikat terbaru, Donald Trump menyatakan bahwa mereka (AS) menarik diri dari persetujuan Paris tersebut. Dikarenakan ia tidak percaya adanya perubahan iklim, dan juga pada awalnya ia menyatakan bahwa perjanjian tersebut merugikan Amerika. Ia memntia untuk dibuat perjanjian baru yang tidak begitu merugikan mereka. Tapi pada akhirnya ia menyatakan untuk mengundurkan diri dari perjanjian tersebut. Hal ini semakin mempersulit negara-negara lain di dunia ini untuk sama-sama mencegah perubahan iklim. Karena Amerika merupakan negara yang sangat produktif dan juga konsumtif terhadap bahan bakar. Lalu bagaimana bila salah satu negara yang menghasilkan polusi terbanyak memutuskan untuk menolak berkontribusi untuk mengurangi polusi?


Ayrell Fachrezy
00000026569

Tidak ada komentar:

Posting Komentar