Jumat, 17 November 2017

ENVIRO - CLIMATE CHANGE

CLIMATE CHANGE
                Sejak usia dini, sering kita dengar yang namanya Global Warming atau Pemanasan Global. Seperti pada umumnya, arti dari pemanasan global yang kita tahu adalah terjadinya kenaikkan suhu bumi secara global atau menyeluruh. Hampir setiap orang tahu akan adanya isu ini, dan juga hampir semua orang tahu bahwa hal ini harus dicegah demi menjaga kelestarian alam, termasuk manusia itu sendiri. Namun tak banyak orang yang mau perduli dan melakukan aksi demi mencegah pemanasan global ini. Manusia cenderung lebih memilih hidup sementara namun bahagia dengan kekayaan harta yang mereka miliki. Daripada hidup dan tinggal di bumi ini lebih lama namun harus bersusah payah untuk membatasi berbagai macam hal.
                Dampak yang terjadi akibat pemanasan global ini sungguh luar biasa ketika dilihat secara teliti. Kebakaran hutan, kekeringan, kutub es mencair dan masih banyak lagi. Dan dampak-dampak yang telah terjadi tersebut mengakibatkan adanya perubahan pada iklim di bumi ini. Pengertian dari kata iklim sendiri adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan jangka waktu yang panjang. Lain dengan cuaca yang biasanya diartikan untuk menggambar kondisi langit atau suhu udara pada saat itu saja.
                Maka dari itu, munculah istilah baru yang menggantikan istilah Global Warming, yaitu Climate Change. Memang pada dasarnya sama saja, namun Climate Change tidak hanya mengartikan bahwa bumi mengalami kenaikkan suhu semata. Namun bumi juga mengalami perubahan-perubahan besar yang berdampak langsung kepada manusia. Padahal kita semua tahu apa penyebab utama terjadinya climat change? Ya, kita sendiri, manusia.
                Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang saya berani katakan hampir sempurna. Kenapa? Apa yang tidak bisa dilakukan manusia? Manusia bisa meraih atau menciptakan apa saja yang mereka mau. Perkembangan teknologi semakin pesat dan bombastis. Namun, manusia kurang memiliki rasa empati terhadap sesama makhluk hidup, dalam kasus ini mari kita sebut alam. Manusia mampu membuat kendaraan bermotor demi kepentingan mereka. Berbagai macam kendaraan bermotor seperti motor dan mobil, diciptakan dari harga mahal sampai ke murah. Sekarang bayangkan berapa banyak manusia yang membeli kendaraan murah-murah ini. Berapa banyak karbon dioksida yang di keluarkan melalui knalpot motor atau mobil itu setiap hari?
                Pernahkah anda pergi naik motor, kemudian anda terjebak macet? Lalu apa yang anda rasakan ketika anda membuka kaca helm anda? Atau apa yang anda rasakan pada punggung tangan anda bila anda tidak mengenakan sarung tangan? Panas bukan? Apakah nafas anda menjadi tidak bebas? Ya tentu. Hal itu saya yakini karena banyaknya gas karbon hasil pembakaran mesin yang ada disekitar anda. Lalu apakah sekarang sudah banyak motor dan mobil yang ramah lingkungan? Memang iya benar, namun bila jumlah mereka tetap semakin banyak setiap tahunnya. Apakah jumlah karbon dioksida yang dihasilkan ketika kendaraan ramah lingkungan tersebut bisa dikatakan berkurang ketika di tengah kemacetan. Bagi saya tetap saja.
                Hal ini yang terkadang membuat saya dilema. Saya tahu salah satu cara ampuh untuk mencegah terusnya berlangsung perubahan iklim, yaitu dengan mengurangi jumlah kendaraan yang beraktifitas demi mengurangi polusi. Namun, disaat yang sama saya membutuhkan kendaraan pribadi untuk mecapai tujuan saya, kemana pun itu.
                Gas-gas yang kemudian naik ke atas langit itu kemudian membuat suhu di atas langit menjadi panas, ini merupakan salah satu penyebab terjadinya penipisan lapisan ozon. Lapisan Ozon adalah lapisan yang bertugas untuk menyaring atau menyerap panasnya sinar Ultra Violet (UV) yang dipancarkan oleh matahari. Namun, seperti yang sudah terjadi sekarang. Lapisan Ozon di atas bumi ini sudah menipis, diakibatkan dari banyaknya gas yang naik ke atas, dan juga efek pantulan sinar matahari yang memantul dari rumah-rumah kaca. Oleh sebab itu, suhu di permukaan bumi sendiri sudah mengalami kenaikkan.
                Berdasarkan data yang saya dapat dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, kenaikan rata-rata suhu bumi secara global pada 9 bulan pertama pada tahun 2015 sudah mencapai 1,05 derajat Celcius. Kenaikan ini baru terjadi sejak tahun 1950. Dan pada tahun 2016 kenaikkan suhu bumi sudah mencapai 2 derajat celcius.
                Secara nominal, angka “2” memang tidaklah banyak. Namun dampak yang sudah terjadi di bumi ini bisa dibilang luar biasa. Seperti yang pada umumnya orang tahu, bahwa es kutub utara dan selatan sedang terus mengalami pencairan. Sudah berapa banyak es yang telah mencair menjadi air dan kemudian mengalir ke laut? Bila kutub es ini terus mencair, maka permukaan air laut akan meningkat. Itulah sebabnya, beberapa daerah di dunia ini yang tadinya tidak pernah terkena banjir, kemudian tiba-tiba saja terkena banjir. Banjir ini terjadi juga didukung oleh kurangnya daya serap air di lingkungan tersebut. Akibat adanya deforestasi atau perubahan hutan untuk lahan pertanian atau yang lainnya. Penebangan hutan untuk digunakan sebagai lahan pertambangan.

                Bayangkan betapa rusaknya ekosistem di bumi ini. Apa yang telah saya gambarkan di atas hanya lah sebagian kecil dari apa yang terjadi di bumi ini. Apakah Climate Change dapat di cegah? Hanya kita yang bisa memutuskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar